Imtihan Syafahi (ujian lisan) dan Imtihan Tahriri (ujian tulis) akan segera berlangsung di Pondok Gontor baik putra maupun putri. Gontor punya prinsip "Ujian Untuk Belajar" bukan "Belajar Untuk Ujian".
Ujian dilaksanakan dalam waktu sebulan. Ujian terbagi menjadi 2 :
Ujian Lisan (Syafahi) selama 10 hari.
Ujian Tulis (Tahriri) selama 11 hari berikutnya.
A. Ujian Lisan
Ujian lisan diadakan dalam rangka memupuk kepercayaan diri dan kematangan dalam penguasaan materi pelajaran.
Ujian lisan hanya meliputi tiga kelompok pelajaran, yaitu :
1. Bahasa Arab.
2. Bahasa Inggris.
3. Al Quran.
A.1. Materi Bahasa Arab meliputi Pelajaran Muthola’ah (bacaan), Mahfudzat (hafalan), Nahwu, Sharf, dan Balaghah.
A. 2. Materi Bahasa Inggris meliputi Reading (bacaan), Conversation (percakapan), Translation (terjemahan), Vocabulary (kosakata), Dictation (dikte), dan Grammar (tata bahasa).
A.3. Materi Al-Qur'an meliputi Tilawah (bacaan), Hafalan (Juz Amma, zikir dan doa), Pelajaran Tajwid, serta Fiqh.
Ujian lisan berlangsung di ruang kelas yg dijadikan tempat wawancara dengan dua baris meja saling berhadap-hadapan. 1 santri menghadapi 4-5 penguji dari kalangan guru dan santri kelas akhir / kelas 6.
Setiap hari sedikitnya ada 10 santri yang diuji di satu ruangan. Ujian digelar dari pagi hingga siang hari. Setiap santri menjalani ujian lisan dengan jedah 2 hari untuk ujian lisan berikutnya.
B. Ujian Tulis
Dua hari setelah ujian lisan selesai, barulah ujian tulisan dilaksanakan secara serempak. Inilah ujian paling ketat yang pernah ada. Yang menihilkan upaya nyontek apalagi membawa bocoran jawaban ke dalam ruang ujian.
Kelas-kelas berubah formasi. Meja-meja diatur terbalik : posisi laci menghadap ke depan, sehingga tidak ada ruang buat santri untuk menyembunyikan sesuatu di dalam laci.
Setiap ruangan diawasi oleh 3-5 orang pengawas, terdiri dari guru dan santri kelas 6. Mereka berkeliling memperhatikan gerak-gerik santri selama ujian berlangsung. Sewaktu-waktu, panitia dan guru senior akan berkeliling mengecek kerja para pengawas.
Posisi santri juga diatur sedemikian rupa, sehingga setiap peserta ujian tidak duduk berdekatan dengan teman sekelasnya. Orang yang duduk di samping kanan-kiri, depan dan belakangnya, berasal dari kelas yang berbeda.
Satu ruangan diisi oleh 20-30 santri dari beberapa kelas yang berbeda. Sebelum memasuki ruangan, semua buku dan catatan harus diletakkan di luar. Hanya alat tulis yang boleh masuk ruangan.
Kalau sampai ada santri yang ketahuan nyontek, langsung dikembalikan ke orang tuanya selama satu tahun alias di-skors! Jadi percuma saja nyontek, karena risikonya adalah mengulang kelas di tahun berikutnya.
Setiap hari, ada 2-3 mata pelajaran yang diuji dengan durasi 90 menit untuk masing-masing pelajaran. Ujian di pondok tidak mengenal pilihan ganda sehingga strategi hitung kancing tidak berlaku di sini. Semua pertanyaan harus dijawab dalam bentuk esai.
Soal dibuat oleh salah seorang guru yang penunjukannya dilakukan secara rahasia.
Setiap santri menerima lembar soal dan lembar jawaban berbentuk kertas buram polos ukuran HVS. Di ujung atas kertas jawaban terdapat secarik kertas kecil berisi nomor induk santri dan nomor ujian. Santri dilarang menyantumkan nama di dalam lembar jawaban
Kalau mau menambah kertas jawaban, tinggal angkat tangan, bisa minta sepuasnya. Beberapa pelajaran memang membutuhkan paparan panjang sehingga satu lembar sangat tidak cukup untuk menampung jawaban. Panitia juga menyediakan lem kertas yang dibuat massal dari tepung kanji.
Setelah jawaban dikumpulkan, petugas akan memberikan nomor pada lembar jawaban dan lembar kecil berisi identitas tadi. Guru pemeriksa hanya akan menerima lembar jawaban, sehingga dia tidak tahu pemiliknya sama sekali. Ini diterapkan untuk menghindari kolusi dan nepotisme antara guru dan muridnya.
Bisa Anda bayangkan bagaimana kerja keras para guru dalam memeriksa lembar jawaban, karena tidak ada soal yang jawabannya hanya A, B, C atau D. Juga tidak ada soal yang jawabannya singkat.
Kencang kan Doa Tuk putra putri kita, jamak doa dari bapak ibu sekalian,.
0 Komentar